Jumat, 03 Juli 2020

BIOINFORMATIKA


BIOINFORMATIKA
Bioinformaika adalah suatu ilmu atau metode mengumpulkan, dan menganalisa data biologi yang bersifat kompleks seperti data DNA, RNA, dan protein, menggunakan pendekatan komputasi. Bioinformatika melibatkan bidang ilmu komputer, matematika, dan statistik dalam memproses informasi yang masif dan sulit untuk dianalisa secara manual. Bidang ini berkembang seiring dengan penambahan data biologi yang terus bertambah secara cepat, terutama di awal tahun 2000-an ketika peneliti berhasil mengumpulkan genome manusia.
Berbeda dengan komputasi biologi atau computational biology yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan biologi menggunakan teknik komputasi, bioinformatika lebih berfokus pada proses komputasi. 
Pada awal perkembangan ilmu pengetahuan biologi molekuler, ahli biologi melakukan pengambilan data biologis dengan menggunakan beberapa eksperimen atau pendekatan lainnya. Data tersebut disimpan di dalam suatu database seperti data gen disimpan di NCBI, struktur protein berada di Protein Data Bank, dan data sekuen protein berada di UniProt. Data yang masif tersebut tidak dapat dianalisa secara efektif karena keterbatasan manusia. Oleh karena itu, dibutuhkan ahli komputer untuk membantu kerja dari ahli biologi.
Ahli komputer melakukan penelitian dalam membangun software, algoritma, metode penyimpanan data untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi ahli biologi. Sebagai contoh, Needleman dan Wunsch membuat algoritma yang berfungsi untuk mencari sekuen DNA pada database pada tahun 1960-an. Meski tujuan awalnya untuk menyelesaikan kasus biologi, algoritma yang dirancang diterapkan pada kasus yang mirip, seperti pencarian teks.
Data biologi yang dikumpulkan merupakan raw data atau data mentah sehingga perlu dilakukan analisa untuk mendapatkan informasi yang tersirat. Beberapa pendekatan statistik digunakan seperti klasifikasi, klasterisasi digunakan untuk melihat korelasi antar data sehingga data mentah tersebut dapat tervisualisasi dengan baik di mata manusia.
Perkembangan data biologis dan kebutuhan untuk menciptakan tools dan hasil analisa yang akurat melahirkan disiplin ilmu baru yang disebut dengan bioinformatika. Ruang lingkup penelitian dan kerja bioinformatika secara khusus berkaitan dengan proses pengumpulan, dan analisa data biologi menggunakan teknik komputasi.
Biological Research Modality
Tren metode yang digunakan di bidang biologi mengalami pergeseran dari masa ke masa. Pada awalnya, penelitian di biologi hanya berdasarkan pengamatan seperti yang dilakukan oleh Charles Darwin di pulau Galapagos. Darwin melakukan pengamatan pada berbagai jenis paruh pada burung Finch selama berhari-hari. Metode yang dilakukan oleh Darwin merupakan Observation-driven.
Setelah melakukan observasi, Darwin mulai mengemukan teori yang menyebabkan munculnya variasi burung Finch. Teori evolusi dan natural selection menjadi terobosan ilmu pengetahuan pada saat itu. Pada penelitian kali ini Darwin menggunakan metode Theory-driven.
Di abad yang sama, Gregor Mendel mengemukan hipotesis sekaligus eksperimen mengenai pekawinan silang pada kacang polong. Penelitian antara tahun 1856–1863 menghasilkan kesimpulan bahwa pada makhluk hidup terdapat alel resesif dan alel dominan yang mempengaruhi fenotip makhluk hidup. Apa yang dilakukan oleh Mendel merupakan metode Hypothesis/Experiment-driven.
Di tahun 1950-an, penelitian di bidang biologi molekuler menjadi topik yang hangat untuk dikerjakan. Terlebih dengan ditemukannya metode X-Ray Crystallograpy yang mampu menggambarkan struktur 3D molekul. Rosalind Franklin adalah orang yang pertama kali melakukan . Hasil penelitian Rosalind menginspirasi James Watson, Francis Crick dan Maurice Wilkins untuk memodelkan struktur DNA yang dirujuk sampai saat ini. Para peneliti bersemangat untuk memperdalam penelitian di DNA dan RNA. Data yang dikumpulkan sangat banyak dan disimpan di dalam database yang bersifat publik. Hingga tahun 2000-an peneliti berhasil mengumpulkan genome manusia secara utuh. Paradigma penelitian berfokus pada large-scale molecular data accumulation.
Setelah data terkumpul, masalah selanjutnya ialah mengolah data yang bersifat masif. Para peneliti biologi menggunakan tools dan software untuk menganalisa data tersebut sehingga mendapatkan informasi yang diperlukan. Tidak hanya dengan eksperimen di dalam laboratorium, para ahli juga menggunakan komputer dalam melakukan penelitian mulai terfokus pada bidang bioinformatika.
Bioinformatika dalam Dunia Kedokteran
1. Bioinformatika dalam bidang klinis
Perananan Bioinformatika dalam bidang klinis ini sering juga disebut sebagai informatika klinis (clinical informatics). Aplikasi dari clinical informatics ini adalah berbentuk manajemen data-data klinis dari pasien melalui Electrical Medical Record (EMR) yang dikembangkan oleh Clement J. McDonald dari Indiana University School of Medicine pada tahun 1972 [5]. McDonald pertama kali mengaplikasikan EMR pada 33 orang pasien penyakit gula (diabetes). Sekarang EMR ini telah diaplikasikan pada berbagai penyakit. Data yang disimpan meliputi data analisa diagnosa laboratorium, hasil konsultasi dan saran, foto ronsen, ukuran detak jantung, dll. Dengan data ini dokter akan bisa menentukan obat yang sesuai dengan kondisi pasien tertentu. Lebih jauh lagi, dengan dibacanya genom manusia, akan memungkinkan untuk mengetahui penyakit genetik seseorang, sehingga personal care terhadap pasien menjadi lebih akurat.
Sampai saat ini telah diketahui beberapa gen yang berperan dalam penyakit tertentu beserta posisinya pada kromosom. Informasi ini tersedia dan bisa dilihat di home page National Center for Biotechnology Information (NCBI) pada seksi Online Mendelian in Man (OMIM) (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=OMIM). OMIM adalah search tool untuk gen manusia dan penyakit genetika (Gambar 2). Selain berisikan informasi tentang lokasi gen suatu penyakit, OMIM ini juga menyediakan informasi tentang gejala dan penanganan penyakit tersebut beserta sifat genetikanya. Dengan demikian, dokter yang menemukan pasien yang membawa penyakit genetika tertentu bisa mempelajarinya secara detil dengan mengakses home page OMIM ini.
Sebagai salah satu contoh, jika kita ingin melihat tentang kanker payudara, kita tinggal masukan kata-kata “breast cancer” dan setelah searching akan keluar berbagai jenis kanker payudara. Kalau kita ingin mengetahui lebih detil tetang salah satu diantaranya, kita tinggal klik dan akan mendapatkan informasi detil mengenai hal tersebut beserta posisi gen penyebabnya di dalam koromosom. Gambar 3 adalah salah satu hasil searching dari breast cancer.

Bioinformatika untuk identifikasi agent penyakit baru
Bioinformatika juga menyediakan tool yang esensial untuk identifikasi agent penyakit yang belum dikenal penyebabnya. Banyak sekali contoh-contoh penyakit baru (emerging diseases) yang muncul dalam dekade ini, dan diantaranya yang masih hangat di telinga kita tentu saja SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).
Pada awal munculnya penyakit ini, ada beberapa pendapat tentang penyebabnya. Dari gejala pengidap SARS, diperkirakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh virus influenza karena gejalanya mirip dengan gejala pengidap influenza. Tetapi virus influenza tidak terisolasi dari pasien, sehingga dugaan ini salah. Selain itu juga diperkirakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh bakteri Candida karena bakteri ini terisolasi dari beberapa pasien. Tapi karena hanya terisolasi dari sebagian kecil pasien, perkiraan ini juga salah. Akhirnya ditemukan bahwa dari sebagian besar pasien SARS terisolasi virus corona yang jika dilihat dari morfologinya. Sekuen genom virus ini kemudian dibaca dan dari hasil analisa dikonfirmasikan bahwa penyebab SARS adalah virus corona yang telah berubah (mutasi) dari virus corona yang ada selama ini [6].
Dalam rentetan proses ini, Bioinformatika memegang peranan penting. Pertama pada proses pembacaan genom virus corona. Karena di database seperti GenBank, EMBL (European Molecular Biology Laboratory), dan DDBJ (DNA Data Bank of Japan) sudah tersedia data sekuen beberapa virus corona, yang bisa digunakan untuk men-design primer yang digunakan untuk amplifikasi DNA virus SARS ini. Software untuk mendesign primer juga tersedia, baik yang gratis yang bisa kita gunakan online maupun yang komersial yang berupa software. Diantara yang gratis adalah Web primer yang disediakan oleh Stanford Genomic Resources (http://genome-www2.stanford.edu/cgi-bin/SGD/web-primer), GeneWalker yang disediakan oleh Cybergene AB (http://www.cybergene.se/primerdesign/genewalker), dlsb. Untuk yang komersial ada seperti Primer designer yang dikembangkan oleh Scientific & Education Software, dan pada software-software untuk analisa DNA lainnya seperti Sequencher (GeneCodes Corp.), SeqMan II (DNA STAR Inc.), Genetyx (GENETYX Corp.), DNASIS (HITACHI Software), dll.

Bioinformatika untuk penemuan obat
Usaha penemuan obat biasanya dilakukan dengan penemuan zat/senyawa yang bisa menekan perkembangbiakan suatu agent penyebab penyakit. Karena banyak faktor yang bisa mempengaruhi perkembangbiakan agent tersebut, faktor-faktor itulah yang dijadikan target. Diantara faktor tersebut adalah enzim-enzim yang diperlukan untuk perkembangbiakan suatu agent. Langkah pertama yang dilakukan adalah analisa struktur dan fungsi enzim-enzim tersebut. Kemudian mencari atau mensintesa zat/senyawa yang bisa menekan fungsi dari enzim-enzim tersebut. Penemuan obat yang efektif adalah penemuan senyawa yang berinteraksi dengan asam amino yang berperan untuk aktivitas (active site) dan untuk kestabilan enzim tersebut.
Karena itu analisa struktur dan fungsi enzim ini biasanya difokuskan pada analisa asam amino yang berperan untuk aktivitas (active site) dan untuk kestabilan enzim tersebut. Analisa ini dilakukan dengan cara mengganti asam amino tertentu dan menguji efeknya. Sebelum perkembangan

MANFAAT BIOINFORMATIKA DALAM PENGEMBANGAN KEILMUAN BIOLOGI
Marilah berikutnya kita lihat dua contoh di dunia dan Indonesia untuk melihat manfaat bioinformatika dalam pengembangan keilmuan biologi.
Dalam biologi ada misteri besar yang coba dipecahkan ilmuan dengan teori evolusi Darwin. Sebagian ummat beragama termasuk bangsa Indonesia meyakini teori penciptaan yaitu manusia diciptakan oleh Tuhan. Sementara teori Darwin menyandarkan pada fenomena seleksi alam untuk menjelaskan bahwa nenek moyang manusia adalah kera. Mana yang benar?
Ledakan informasi biologi molekuler telah memungkinkan membaca genom manusia Eropa, Amerika, Asia, Afrika juga manusia purba homo Neanderthal yang berasal dari Jerman. Sebuah proyek internasional yang didanai
oleh lembaga Amerka Serikat, National Geographic, perusahaan komputer IBM
dan Yayasan keluarga Waitt pemilik perusahaan komputer Gateway beberapa
tahun terakhir ini diluncurkan dengan nama Genographic Project yang diketuai
17
oleh ahli genetika, Spencer Wells . Proyek ini pertama membaca sekuen gen tertentu dari suku-suku yang masih asli dari seluruh penjuru dunia lalu membandingkannya dengan bioinformatika. Tujuannya untuk melacak siapa Ibu pertama dan Bapak pertama manusia modern Homo sapiens di muka bumi ini. Untuk melacak jejak Ibu pertama digunakan sekuen gen dari mitokondria. Sebabnya karena jumlah mitokondria pada sel telur 99,99 % dari pada sel sperma yang membuahinya jadi setiap manusia, DNA mitokondrianya bisa dibilang pasti berasal dari Ibu, bukan Bapak. Itulah yang dijelakan di bagian pertama tulisan ini bahwa DNA mitokondria menyimpan rahasia asal-usul manusia. Sementara untuk melacak Bapak pertama digunakan sekuen dari kromosom Y yang hanya terdapat pada laki-laki. Bagaimana bioinformatika menjawab soal besar ilmu biologi ini? Pertama, kita perlu mengakses pusat data GenBank melalui internet yang gratis. Kita perlu unduh gen mitokondria manusia dari suku Tengger dan suku Manado misalnya. Setelah dapat, kita gunakan perangkat lunak CLUSTAL yang sudah diperkenalkan sebelumnya. Hasilnya dari 546 pb yang telah ditentukan, hanya 2 yang berbeda. Ini menunjukkan suku Tengger dan suku Manado relatif berkerabat dekat. Maklum tinggal di daerah yang berdekatan. Sekarang apa yang terjadi kalau kita membandingkan DNA mitokondria dari suku Tengger dengan suku Bamileke dari Afrika pada wilayah DNA yang sama. Hasilnya kali ini terdapat 11 perbedaan basa. Jumlah yang sangat besar dibanding 2 sebelumnya. Hal ini menunjukkan kekerabatan yang jauh antara kedua suku ini yang bisa juga diamati dari bentuk badan, warna kulit, bentuk rambut dan seterusnya. Menggunakan 78.590 data sekuen DNA mitokondria dari suku-suku yang ada di seluruh dunia, proyek Genographic bisa membuat peta silsilah yang para ilmuwan menyebutnya sebagai pohon filogenetik tentang asal-usul manusia pertama berasal dari mana. Teori yang menyatakan bahwa manusia berasal dari banyak tempat melalui proses seleksi alam ternyata terbantahkan dan memastikan kejadian manusia dari satu tempat yang berada di Afrika, saat ini wilayah Somalia. Dengan demikian bioinformatika mendukung teori satu Ibu dan satu Bapak dari seluruh ummat manusia saat ini.

SUMBER :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar